Kayu Tangan Kehilangan Jati Dirinya

Monitor24.id, Kota Malang -Belakangan ini kawasan Kayu Tangan kembali ramai, nampak lampu jalan perpaduan hijau dan emas menghiasi sepanjang jalan kayu tangan, banyak warga berkunjung pada sore hari duduk-duduk di kursi sembari menikmati senja sambil berfoto ria.

Namun perubahan Kayu Tangan ini menimbulkan banyak pertanyaan bagi beberapa pihak, hal ini lantaran Kayu Tangan seperti kehilangan jati dirinya, tidak ada ciri khas Malangan, pemerintah seolah tidak mengembalikan fungsi asli dari Kayu Tangan dan dirasa kurang bersinergi dengan para budayawan, sejarahwan dalam membangkitkan wisata Kayu Tangan.

Dalam acara diskusi dan bedah Heritage “Peduli Kotaku” oleh MPD (Malang Peduli Demokrasi) yang dihadiri tokoh budayawan, anggota dewan hingga masyarakat saling mengutarakan opini terkait perubahan Kayu Tangan pada Jum’at (21/01/22) di Hotel Pelangi, Kota Malang.

Ida Ayu, mengatakan Tujuannya pembangunan Kayu Tangan untuk menghidupkan area kayutangan yang sudah bertahun-tahun mati dengan membuka pendaftaran musik setiap Sabtu jam 18.00 WIB sampai 21.00 WIB dan Minggu, 09.00 WIB hingga 14.00 WIB, saat ini 100 grup yg mendaftar.

“Langkah ini dirasa sudah berhasil, karna Kayu Tangan mulai ramai dikunjungi. Dalam kajian akan dibuat jalur travel terkoneksi Kayu Tangan (KJT), Balaikota, ijen dan lain lain”, ujarnya.

Sementara itu menurut Arif Wahyudi DPRD Kota Malang mengatakan “Kawasan Kayutangan adalah konsep pembangunan yang bertumbuh, untuk yang sudah jadi tinggal moles, tapi untuk koridor 3, masih memungkinkan untuk di design yang menunjukkan ciri / karakter Kota Malang. Dewan tidak pernah ngenyang (baca: nawar) kalau Pemkot mengajukan anggaran untuk “Kayutangan Heritage”, tapi silahkan ditata dengan benar”, ujarnya.

Dari segi masyarakat Pokdarwis KJT, mengatakan “Sudah bertahun-tahun membangun lingkungan di dalam kampung Kayu Tangan kearah Heritage: menata rumah-rumah yang memang Heritage, sudah disiapkan kedai kopi & jajan jadul, siap souvenir, siap musik, tapi dengan adanya KJT saat ini yg diexpos hanya jalan besarnya, tidak ada pariwisata yang masuk ke dalam kampung & penduduk setempat hanya mendapatkan macet & hingar bingar saja”, ungkapnya tegas.

Di lain sisi Budi Fatoni mengungkapkan bahwa “Sudah mengkaji secara akademis bersama dengan team, bagaimana kalau mau menjadi Heritage, sudah jadi sebuah buku dan diserahkan ke Walikota, tapi tidak paham kenapa ujung-ujungnya berbentuk seperti ini, berbeda dengan hasil kajian,”.

Sebelum menghabiskan anggaran besar, sebaiknya Pemerintah Kota Malang membuat market plan dan dipublikasikan ke masyarakat, dipikirkan terkait sarana parkir, toilet umum dan fasilitas publik lainnya agar masyarakat dan wisatawan nyaman berkunjung ke Kayu Tangan.

Harapannya, semoga Walikota Malang bisa menindak lanjuti pendapat dari berbagai kalangan yang sudah di moderatori oleh MPD ini.(Lili)

Komentar

Monitor Update