Monitor24.id, Malang – Puncak pandemi Covid 19 mendorong lahirnya beragam inovasi. Saat mayoritas elemen fokus membangun imunitas massal, Zulham Akhmad Mubarrok (37) memilih membangkitkan pemulihan ekonomi berbasis desa. Kemudian lahirlah jejaring milenial pelaku usaha di sektor ekonomi kreatif bernama Milenial Utas.
’’Kami ada diantara sedikit orang yang tersadar bahwa pemulihan ekonomi harus sejalan dengan upaya menghadapi pandemi. Maka lahirlah gerakan kemandirian milenial ini,” ujar Zulham, Rabu (23/2/2022).
Milenial Utas lahir pada 28 oktober 2020 bertepatan dengan hari sumpah pemuda. Gerakan ini diinisiasi oleh 500 pemuda dari seluruh desa di Kabupaten Malang. Jumlah pemuda itu, kata Zulham, sesuai dengan jumlah desa yang mencapai 397 desa dan total kecamatan yang mencapai 33 dan menyisakan struktur kepengurusan di tingkat kabupaten.
Bukan perkara mudah mengumpulkan ratusan pemuda yang bekerja di sektor industri kreatif dan berusia milenial. Problemnya, berkaitan dengan sikap pemuda yang cenderung cuek dan tidak ingin berjejaring. Tetapi, dengan kegigihan, Zulham berhasil mempersatukan mereka.
’’Waktu itu pandemi sedang PPKM. Tapi saya malah keliling blusukan ke desa-desa sambil bagi-bagi masker dan hand sanitizer satu satu saya datangi simpul pemuda, butuh 3 bulan untuk mengumpulkan kawan-kawan ini,” kata dia.
Terdapat 16 subsektor dalam ekonomi kreatif. Yaitu, kuliner, fashion, kriya, TV dan radio. Lalu, usaha penerbitan, arsitektur, aplikasi dan games developer. Termasuk juga, periklanan, musik, fotografi, film, animasi, video, seni pertunjukkan, desain produk, seni rupa, desain interior, dan desain komunikasi visual.
Berbasis potensi ekonomi kreatif itu, Zulham membangun konsep 1 desa 1 pemuda kreatif. Menurut Zulham, karena rata-rata usaha kreatif itu tidak dilirik Bank, maka mereka kebanyakan bermodal kecil dan rentan bangkrut. Dengan berjejaring di Milenial Utas, maka tercipta pasar yang baru dan jejaring support sistem antara pemuda kreatif di desa-desa tersebut. Sehingga mereka lebih bisa melewati masa kritis saat pandemi.
Zulham sendiri adalah seorang pekerja kreatif. Pria kelahiran 12 Juni 1984 itu menjadi komisaris di tiga perusahaan berbasis teknologi: PT ANT, PT SGS dan Wartacakrawala.
Selain itu, pria kelahiran Malang itu juga menjadi Direktur Operasional di KIPA Indonesia, sebuah perusahaan rintisan yang memproduksi aplikasi POS dan layanan kasir online. ’’Saya lebih suka disebut technopreneur. Seorang entrepreneur di bidang teknologi,’’ ujarnya
Zulham mengawali karier profesionalnya sebagai jurnalis di Harian Jawa Pos sejak April 2007-Mei 2013. Pernah menjadi Ketua Forum Wartawan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Forwara) RI selama 2 periode yakni 2008-2009 dan 2009-2010. Dalam bidang jurnalistik, alumni SMUN 01 Malang itu beberapa kali mencatatkan capaian khusus dalam bidang jurnalisme investigasi.
Salah satunya adalah keberhasilan menjadi salah satu jurnalis yang diterima di dalam Jaringan teroris Jamaah Islamiyah Malaysia. Setelah melakukan liputan investigatif selama 6 bulan dia berhasil melakukan wawancara khusus dengan Yahya M Top (Kakak Noordin M Top) dan Badaruddi Husen (jubir JI Malaysia) di Sekolah Agama Lukmanul Hakim, Johor Bahru, Malaysia.
Mengakhiri karir sebagai jurnalis, Zulham akhirnya kembali ke kampung halaman di Malang dan mendirikan perusahaan berbasis IT pada 2015. Selain mendirikan perusahaan, Zulham juga menjadi pembina di dua komunitas hacker yang cukup disegani secara nasional yakni Surabaya Black Hat (SBH) dan Malang Cyber Crew (MCC).
Walau bekerja di sektor teknologi, tetapi Zulham tidak memiliki latar belakang pendidikan teknik. Tak hanya itu, sarjana Sastra Inggris itu juga memiliki hobi nyentrik yakni melakukan pendampingan hukum pada persoalan-persoalan yang menjerat orang kecil dan kepentingan umum.
“Saya ingin menyadarkan publik bahwa semua orang berhak membela dirinya di depan hukum. Tak melulu hanya tugas sarjana hukum untuk paham hukum dan membela yang lemah ketika tertindas di depan hukum,’’ kata Zulham.
Dalam konteks advokasi sosial Zulham yang memiliki nama pena Zulham Mubarak pernah melahirkan karya dalam bentuk buku berjudul “Justice for Atik”. Buku itu mengisahkan perjuangan seorang ibu yang dituduh menjadi pembobol brankas Bank milik pemerintah yakni Bank Jatim.
Buku itu kemudian menjadi role model advokasi nonlitigasi dan menjadi salah satu koleksi National Library of Australia dalam bentuk monogram. Buah dari advokasi itu, Zulham kemudian diundang dalam acara Mata Najwa di Metro TV dengan topik berjudul Menjadi Tumbal, tayang pada 2018.
Pada 2020, Zulham kembali mengadvokasi secara pro bono seorang pelajar SMA asal Malang yang dituduh membunuh begal motor ketika membela diri dan menjadi isu nasional.
Dia kemudian diundang lagi di acara Mata Najwa Narasi TV dalam edisi Hukum Pilah-Pilih untuk mendiskusikan advokasi sosialnya tersebut.
Zulham juga pernah menjabat sebagai Kepala Humas dan Hubungan Internasional di Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang, Humas Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang, Sekretaris LTN NU Kabupaten Malang dan Direktur Nukita.id.
Saat ini, Zulham menjabat sebagai Instruktur Ansor Cyber Troops Academy (ACTA) Jatim, Presidium Forum Pemuda Nahdliyin (FPN) Malang Raya, Wakil Ketua PC GP Ansor Kabupaten Malang, Ketua Umum Esport Indonesia (ESI) KONI sekaligus Wakil Ketua Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) Kabupaten Malang.
Dari seabreg aktivitas organisasi itu, Zulham beberapa kali menerima penghargaan. Diantaranya, Penghargaan Top Leader Malang Raya dan The Most Influential Figure dari Ikatan Wartawan Online (IWO) Malang Raya selama dua kali berturut-turut yakni pada tahun 2020 dan 2021. Pada peringatan Hari Santri Nasional (HSN), Zulham juga menerima penghargaan dari PCNU Kabupaten Malang sebagai Kiai Digital Awards 2021.
Kunci capaiannya ini kata Zulham ada pada dua hal penting. Yaitu, ridha orang tua dan dukungan keluarga. Karena itu, dalam setiap aktivitasnya, Zulham selalu melibatkan sang ibu dan istri sebelum mengambil keputusan.
’’Setidaknya kalau tidak berhasil, kita bisa tetap pulang ke rumah dengan senyum terbuka dan kopi panas di meja karena dukungan dua perempuan luar biasa itu,’’ ujarnya sambil tersenyum lepas.
Zulham Akhmad Mubarrok berharap bisa terus menularkan visinya kepada generasi yang lebih muda dan terus bergerak bersama banyak komunitas pemuda untuk membangun tanah kelahirannya dari desa. Karena bagi Zulham, yang terpenting dalam hidup adalah memberi manfaat kepada manusia lain tanpa pamrih. ’’Saya terus berusaha agar diakui Allah sebagai manusia terbaik, seperti kata Rasullulah dalam hadits, manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi manusia lain,’’ pungkasnya. (yasin)
Komentar